Alergi
makanan lebih sering terjadi pada usia bayi atau anak dibandingkan pada usia
dewasa. Hal itu terjadi karena belum sempurnanya saluran cerna pada anak.
Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung
masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim
pencernaan menyebabkan denaturasi allergen. Secara imunologik sIgA pada
permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk
ke dalam tubuh. Pada usus imatur sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah
dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen, virus dan bakteri masuk ke
dalam tubuh. Dengan pertambahan usia, ketidakmatangan saluran cerna tersebut
semakin membaik. Biasanya setelah 2 tahun saluran cerna tersebut berangsur
membaik. Hal ini juga yang mengakibatkan penderita alergi sering sakit pada
usia sebelum 2 tahun. Fenomena tersebut juga menunjukkan bahwa sewaktu bayi
atau usia anak mengalami alergi makanan tetapi dalam pertambahan usia membaik.
Gejala dan
tanda karena reaksi alergi pada anak dapat ditimbulkan oleh adanya alergen dari
beberapa makanan tertentu yang dikonsumsi bayi. Penyebab alergi di dalam
makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida dengan berat molekul
lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim proteolitik. Sebagian
besar alergen pada makanan adalah glikoprotein dan berkisar antara 14.000
sampai 40.000 dalton. Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat menimbulkan
kepekaan (sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme hapten-carrier.
Susu sapi
dianggap sebagai penyebab alergi makanan pada bayi yang paling sering. Beberapa
penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak
dalam tahun pertama kehidupan sekitar 2%. Alergi susu sapi adalah suatu
kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan
oleh alergi terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi
dengan keterlibatan mekanisme sistem imun. Reaksi simpang makanan yang tidak
melibatkan mekanisme sistem imun dikenal sebagai intoleransi susu. Sekitar 1-7%
bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu
sapi. Sedangkan sekitar 80% susu formula bayi yang beredar di pasaran ternyata
menggunakan bahan dasar susu sapi. Alergi susu sapi adalah suatu kumpulan
gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi
terhadap susu sapi. Reaksi hipersensitif terhadap protein susu sapi dengan
keterlibatan mekanisme sistem imun. Alergi terhadap protein susu sapi atau
alergi terhadap susu formula yang mengandung protein susu sapi merupakan suatu
keadaan dimana seseorang memiliki sistem reaksi kekebalan tubuh yang abnormal
terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Sistem kekebalan tubuh bayi
akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi sehingga gejala-gejala
reaksi alergi pun akan muncul.
Pada bayi
yang hanya mendapatkan ASI eksklusif maka diet yang dikonsumsi ibu sangat
berpotensi menimbulkan gangguan alergi. Diet ibu yang sangat berpotensi
menimbulkan gangguan pada bayi yang paling sering adalah ikan laut (terutama
yang kecil seperti udang, kerang, cumi dan sebagainya), kacang tanah dan
buah-buahan (tomat, melon, semangka).
Saat
pemberian makanan tambahan usia 4-6 bulan, gejala alergi pada bayi sering
timbal. Jenis makanan yang sering diberikan dan menimbulkan gangguan adalah
pemberian buah-buahan (jeruk, dan pisang), bubur susu (kacang hijau), nasi tim
(tomat, ayam, telor, ikan laut (udang, cumi,teri), keju, dan sebagainya.
Sehingga penundaan pemberian makanan tertentu dapat mengurangi resiko gangguan
alergi pada anak. Menurut beberapa penelitian pemberian multivitamin pada bayi
beresiko alergi ternyata meningkatkan gangguan penyakit alergi di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar